Thursday, November 26, 2015

Pendidikan Seks untuk Anak - Anak

Siaran Pojok Parenting 23&30 Oktober dan 6 November 2015
di Radio PETRA 105,7 FM pukul 09.00 - 10.00 WIB
Narasumber: Catharina Esthi, S.psi dan Sukaningtyas


Kasus pelecehan seksual belakangan ini mulai mencuat kembali di berbagai media. Kasus terbaru adalah seoran anak  di kalideres, Jakarta Barat meninggal di dalam kardus setela mengalami kekerasan fisik dan seksual.  Selain menjadi korban, anak juga ternyata bisa menjadi pelaku kekerasan seksual seperti yang terjadi  Pada Juli 2015 lalu, dua anak kelas 3 & 5 SD di Depok menjadi pelaku perkosaan terhadap seorang anak perempuan berumur 7 tahun (1SD). Sementara menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia pada 2014 (Januari-April) tentang kasus kekerasan seksual telah  terjadi sebanyak 600 kasus atau 876 korban, diantaranya 137 kasus adalah pelaku anak. DIY sendiri pada 2013 terjadi sebanyak 44 kasus kekerasan terhadap anak. Sebanyak 43 di antaranya berupa kekerasan seksual. Sedangkan, pada 2014, terjadi 46 kasus : 31 kasus perkosaan dan sebanyak 15 kasus berupa kekerasan seksual. Pada tahun 2015, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY, Sari Murti mengungkapkan bahwa dari awal tahun 2015 hingga bulan September, tercatat ada sebanyak 70 kasus kekerasan pada anak, dan sebagian besar adalah kasus kekerasan seksual. Hal lain yang menjadi keprihatinan adalah mengenai Kehamilan Dini oleh para remaja akibat pergaulan bebas.
Kasus – kasus tersebut mengundang keprihatinan mengingat banyak korban yang tidak tahu bahwa perlakuan yang diterimanya melanggar hukum sedangkan anak – anak yang menjadi pelaku sering kali hanya mencotoh dari film, gambar dan game on line yang bermuatan pornografi ataupun mencontoh perilaku orang dewasa. Oleh sebab itu,pendidikan seks bagi anak menjadi hal yang penting dan harus segera di berikan kepada anak sejak dini. Namun demikian, tidak sedikit orangtua yang masih menganggap tabu, ragu ataupun bingung bagaimana menyampaikan penddikan sek bagi anak.
Lalu apa yang dimaksud dengan pendidikan seks untuk anak? bagaimana cara orangtua menyampaikannya pada anak?
Pendidikan seks yang dimaksud di sini adalah anak mulai mengenal akan identitas diri dan keluarga, mengenal anggota-anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh dan fungsinya.  Jadi arah pendidikan seksual bukan semata – mata tentang hubungan seksual sehingga orangtua merasa tabu untuk membicarakannya. Dengan demikian, pendidikan seks dapat dikenalkan pada anak sejak usia pra sekolah (3-4 tahun).

Pendidikan seks  sendiri penting untuk berikan sejak dini karena  pertama , Pendidikan seks usia dini dapat memberikan pemahaman anak akan kondisi tubuhnya dan pemahaman akan lawan jenisnya. Kedua,   Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan agar anak dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Ketiga, menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang . Keempat, Anak juga bisa melindungi kesehatan diri. Kelima,  Penyampaian yang wajar, jujur, dan sederhana, serta menggunakan bahasa yang mereka pahami, akan membentuk konsep diri anak yang positif serta Mempermudah anak dalam mengembangkan harga diri, kepercayaan diri, kepribadian yang sehat, dan penerimaan diri yang positif.
Namun demikian, muatan pendidikan seks bagi anak juga harus meperhatikan tahap perkembangannya. Berikut  uatan pendidikan seks bagi anak sesuai tahap perkembangannya:
  1. Usia Prasekolah : Pengenalan identitas diri dan jenis kelamin, anatomi tubuh dan fungsinya, kebersihan tubuh, rasa malu dan ketrampilan menghindari diri dari kekerasan seksual
  2. Usia Sekolah Dasar : Ketrampilan menghindarkan diri dari kekerasan seksual, sistem reproduksi sederhana, pubertas dan kebersihan alat kelamin
  3. Remaja : Sistem redproduksi, konsekuensi hubungan seksual yang tidak sehat , nilai – nilai moralitas
Beberapa cara berikut ini dapat menjadi referensi orang tua / orang dewasa tentang bagaimana menyampaikan pendidikan seks pada anak:
1)      Ciptakan komunikasi yang terbuka terhadap anak, biasakan diskusi
2)      Pilih momennya yang tepat seperti saat mandi atau saat bertemu orang hamil
3)      Pembicaraan harus diawali dengan menaruh rasa hormat sehingga anak tidak menertawakan pertanyaan atau kata-kata yang diucapkan.
4)      Sesuaikan bahasa dengan daya tangkap anak. Berikan penjelasan yang sederhana&jujur, atau gunakan perumpamaan yang biasa ditemui anak, dapat pula menggunakan buku, gambar, video, boneka.
5)      Bangun kebiasaan positif. Misalnya, tidak berganti baju di tempat terbuka, tidak pipis di sembarang tempat,dll.  U66
6)      Biasakan anak berpakaian sesuai identitas kelaminnya sejak dini.

7)      Tanamkan pentingnya menjaga organ tubuh tertentu, seperti alat vital, dari sentuhan orang lain.

No comments:

Post a Comment