Thursday, November 26, 2015

Pendidikan Seks untuk Anak - Anak

Siaran Pojok Parenting 23&30 Oktober dan 6 November 2015
di Radio PETRA 105,7 FM pukul 09.00 - 10.00 WIB
Narasumber: Catharina Esthi, S.psi dan Sukaningtyas


Kasus pelecehan seksual belakangan ini mulai mencuat kembali di berbagai media. Kasus terbaru adalah seoran anak  di kalideres, Jakarta Barat meninggal di dalam kardus setela mengalami kekerasan fisik dan seksual.  Selain menjadi korban, anak juga ternyata bisa menjadi pelaku kekerasan seksual seperti yang terjadi  Pada Juli 2015 lalu, dua anak kelas 3 & 5 SD di Depok menjadi pelaku perkosaan terhadap seorang anak perempuan berumur 7 tahun (1SD). Sementara menurut data yang dikumpulkan oleh Pusat Data dan Informasi Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia pada 2014 (Januari-April) tentang kasus kekerasan seksual telah  terjadi sebanyak 600 kasus atau 876 korban, diantaranya 137 kasus adalah pelaku anak. DIY sendiri pada 2013 terjadi sebanyak 44 kasus kekerasan terhadap anak. Sebanyak 43 di antaranya berupa kekerasan seksual. Sedangkan, pada 2014, terjadi 46 kasus : 31 kasus perkosaan dan sebanyak 15 kasus berupa kekerasan seksual. Pada tahun 2015, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) DIY, Sari Murti mengungkapkan bahwa dari awal tahun 2015 hingga bulan September, tercatat ada sebanyak 70 kasus kekerasan pada anak, dan sebagian besar adalah kasus kekerasan seksual. Hal lain yang menjadi keprihatinan adalah mengenai Kehamilan Dini oleh para remaja akibat pergaulan bebas.
Kasus – kasus tersebut mengundang keprihatinan mengingat banyak korban yang tidak tahu bahwa perlakuan yang diterimanya melanggar hukum sedangkan anak – anak yang menjadi pelaku sering kali hanya mencotoh dari film, gambar dan game on line yang bermuatan pornografi ataupun mencontoh perilaku orang dewasa. Oleh sebab itu,pendidikan seks bagi anak menjadi hal yang penting dan harus segera di berikan kepada anak sejak dini. Namun demikian, tidak sedikit orangtua yang masih menganggap tabu, ragu ataupun bingung bagaimana menyampaikan penddikan sek bagi anak.
Lalu apa yang dimaksud dengan pendidikan seks untuk anak? bagaimana cara orangtua menyampaikannya pada anak?
Pendidikan seks yang dimaksud di sini adalah anak mulai mengenal akan identitas diri dan keluarga, mengenal anggota-anggota tubuh mereka, serta dapat menyebutkan ciri-ciri tubuh dan fungsinya.  Jadi arah pendidikan seksual bukan semata – mata tentang hubungan seksual sehingga orangtua merasa tabu untuk membicarakannya. Dengan demikian, pendidikan seks dapat dikenalkan pada anak sejak usia pra sekolah (3-4 tahun).

Pendidikan seks  sendiri penting untuk berikan sejak dini karena  pertama , Pendidikan seks usia dini dapat memberikan pemahaman anak akan kondisi tubuhnya dan pemahaman akan lawan jenisnya. Kedua,   Pemahaman pendidikan seks di usia dini ini diharapkan agar anak dapat memperoleh informasi yang tepat mengenai seks. Ketiga, menghindarkan anak dari risiko negatif perilaku seksual maupun perilaku menyimpang . Keempat, Anak juga bisa melindungi kesehatan diri. Kelima,  Penyampaian yang wajar, jujur, dan sederhana, serta menggunakan bahasa yang mereka pahami, akan membentuk konsep diri anak yang positif serta Mempermudah anak dalam mengembangkan harga diri, kepercayaan diri, kepribadian yang sehat, dan penerimaan diri yang positif.
Namun demikian, muatan pendidikan seks bagi anak juga harus meperhatikan tahap perkembangannya. Berikut  uatan pendidikan seks bagi anak sesuai tahap perkembangannya:
  1. Usia Prasekolah : Pengenalan identitas diri dan jenis kelamin, anatomi tubuh dan fungsinya, kebersihan tubuh, rasa malu dan ketrampilan menghindari diri dari kekerasan seksual
  2. Usia Sekolah Dasar : Ketrampilan menghindarkan diri dari kekerasan seksual, sistem reproduksi sederhana, pubertas dan kebersihan alat kelamin
  3. Remaja : Sistem redproduksi, konsekuensi hubungan seksual yang tidak sehat , nilai – nilai moralitas
Beberapa cara berikut ini dapat menjadi referensi orang tua / orang dewasa tentang bagaimana menyampaikan pendidikan seks pada anak:
1)      Ciptakan komunikasi yang terbuka terhadap anak, biasakan diskusi
2)      Pilih momennya yang tepat seperti saat mandi atau saat bertemu orang hamil
3)      Pembicaraan harus diawali dengan menaruh rasa hormat sehingga anak tidak menertawakan pertanyaan atau kata-kata yang diucapkan.
4)      Sesuaikan bahasa dengan daya tangkap anak. Berikan penjelasan yang sederhana&jujur, atau gunakan perumpamaan yang biasa ditemui anak, dapat pula menggunakan buku, gambar, video, boneka.
5)      Bangun kebiasaan positif. Misalnya, tidak berganti baju di tempat terbuka, tidak pipis di sembarang tempat,dll.  U66
6)      Biasakan anak berpakaian sesuai identitas kelaminnya sejak dini.

7)      Tanamkan pentingnya menjaga organ tubuh tertentu, seperti alat vital, dari sentuhan orang lain.

3 Jurus Mengenali Keunikan Anak

Setiap anak UNIK, mari ayah - bunda kenali keunikan anak agar mereka tumbuh dan berkembang dengan maksimal.


Bagaimana agar Anak Tangguh Menghadapi Konflik?

Setiap orang adalah mahluk sosial demikian juga anak - anak yang dalam kehidupannya pasti bertemu dan berelasi dengan oranglain. Relasi tersebut seringkali tidak berjalan mulus entah karena perbedaan keinginan maupun perbedaan lain diantara anak. Oleh sebab itu, konflik bagi anak sebenarnya muntlak terjadi entah dengan saudara, orang dewasa maupun teman sebayanya. Konflik sendiri sejatinya adalah media pembelajaran anak  untuk tangguh menghadapi berbagai kesulitan hidup. Dengan demikian, penting bagi orangtua untuk melatih ketrampilan pengelolahan konflik bagi anak. Lalu bagaimana melatih ketrampilan tersebut? Mari bergabung dalam talk show parenting Cantrik di radio PETRA 105,7 FM setiap Jum'at, Pkl. 09.00 - 10.00 WIB.



Thursday, November 12, 2015

Siaran Parenting "Mendidik Anak Melalui Budaya Antre"

Mengantre sering kali diartikan hanya dengan menunggu giliran. Karena menunggu itu kurang menyenangkan, maka orang tua mengajarkan anak untuk menerobos antrean agar tujuan segera diperoleh. Padahal dengan mengajari anak mengantre, orang tua juga dapat melatih keterampilan sosial pada anak. Apa kaitannya budaya antre dengan keterampilan sosial? Seberapa pentingkah keterampilan sosial itu bagi kehidupan anak di masa mendatang? Mari ayah bunda, berbagi dan belajar dalam interactive talk show Pojok Parenting Cantrik kerjasama dengan Radio PETRA 105.7 FM besok Jumat, 13 November 2015 pukul 09.00 - 10.00 WIB.


Siaran Parenting "Mendampingi Remaja Mengenal Keunikannya"

Setiap anak terlahir dengan keunikan tersendiri. Pun juga dengan remaja. Di tengah masa mereka menemukan jati dirinya, pendampingan dari orang tua maupun orang dewasa terdekat sangat diperlukan. Hal ini bertujuan agar remaja menyadari bahwa masing-masing dari mereka unik dan mampu menyikapi keunikannya dengan cara yang tepat. Orang tua dan orang dewasa sekitar memainkan peranan yang penting dalam melakukan pendampingan ini. Bagaimana caranya? Mari ayah bunda, berbagi dan belajar bersama kami dalam interactive talk show Pojok Parenting Cantrik kerjasama dengan radio SATU NAMA 855 AM besok Sabtu, 14 November 2015 pukul 11.00 - 12.00 WIB. 

Thursday, November 5, 2015

Membangun Relasi yang Sehat Antar Saudara Kandung

Siaran Pojok Parenting 25 September dan 2 Oktober 2015
di Radio PETRA 105,7 FM pukul 09.00 - 10.00 WIB
Narasumber: Karunianingtyas Rejeki dan Sukaningtyas

Konflik antar saudara kandung jamak terjadi dalam sebuah keluarga baik pertengkaran kecil karena berebut mainan sampai kepada perselisihan yang saling merusak. Iri, cemburu dan persaingan biasanya menjadi sumber konflik tersebut yang bisa jadi disebabkan oleh pola asuh orangtua yang memang kurang adil misalnya memanjakan adik dan selalu meminta kakak mengalah, mengistimewakan anak laki – laki atau dapat juga disebabkan oleh jarak kelahiran yang terlalu dekat ataupun terlalu jauh. Konflik – konflik tersebut jika tidak terselesaikan saat peristiwa itu terjadi maka besar kemungkinan konflik itu akan terbawa hingga mereka dewasa dan dapat menjadi sumber konflik lain.
Mengingat hal tersebut, maka penting bagi orangtua untuk membangun relasi yang sehat antar saudara kandung. Relasi antar saudara kandung sendiri merupakan interaksi yang terjadi antara anak dengan saudara kandungnya yang mencangkup saling membantu, berbagi, mengajarkan,berkelahi dan bermain. Dalam relasi tersebut anak – anak dapat berperan sebagai dukungan emosional, saingan dan mitra komunikasi. Melihat definisi relai tersebut maka sebenarnya wajar terjadi perselesihan antar anak dalam keluarga namun buka berarti perselisihan itu dibiarkan saja tanpa penyelesaian karena sesungguhnya dalam proses relasi tersebut anak sendiri  sesungguhnya sedang Belajar bagaimana  hidup bersama oranglain dalam rangka belajar bermasyarakat . Relasi antar saudara juga sesungguhnya sarana  anak berlatih mengembangkan kemampuan bersosialisasi (bergaul) dengan orang lain. Relasi antara saudara kandung sendiri merupakan relasi yang paling lama dibangun sepanjang hidup sehingga jika relasi yang terbangun antar saudara ini terjalin dengan sehat maka dapat  mendorong kesehatan mental seseorang menjadi baik pula.

Berikut beberapa tips membangun relasi yang sehat antar anak yang dapat kita terapkan di keluarga:
  1. Membangun relasi tanpa iri hati, dengan Biasakan anak menerima sesuatu yang berbeda sesuai kebutuhan atau mendongeng  tentang nilai-nilai bersyukur ataupun dampak negatif jika punya sifat iri kepada sesamanya
  2. Membangun Persaingan yang Sehat misalnya dengan memberi pujian untuk setiap keberhasilan dan perilaku baik anak sesuai kelebihan masing – masing.
  3. Menjadi Orangtua yang bersikap adil kepada semua anak dengan cara misalnya:
ü  Tidak membandingkan karena setiap anak unik
ü  Menjadi mediator (penengah) yang bijak saat terjadi konflik
ü  Mengistimewakan Setiap Anak
ü  Menyediakan waktu berdua dan bersama (sesuai minat atau hobinya) atau sekedar jalan2, belanja ataupun berbagi perasaan
ü  Perhatikan hal-hal kecil (ulang tahun, weton, mengambil rapor)
ü  Buat kesepakatan agar anak menerima hak, tanggungjawab dan kesempatan yang adil
ü  Kesepakatan tentang jam belajar, jam malam, tugas2 rumah, nonton TV, bermain,
ü  Kakak tidak harus selalu mengalah, adik tidak harus selalu dimenangkan 
ü  Saat mengambil makanan, memakai mainan, memakai kamar mandi ,

  1. Tidak memberikan label negatif melainkan Fokuspada kelebihannya, tidak mengolok-olok kekurangannya dan Tidak menggunakan ejekan untuk memanggil anak karena akan menjatuhkan harga diri dan mengurangi semangatnya. Selain itu, Label negatif akan diikuti atau dibuktikan oleh anak sehingga Berilah label positif, dan rayakan keberhasilan anak serta Beri semangat dan penghargaan saat anak gagal
  2. Menumbuhkan Kebersamaan  dengan:
ü  Libatkan kakak pada proses pengasuhan adik.
ü  Lakukan dalam hal-hal yang menggembirakan keduanya, seperti memandikan adik, menemani adik bermain, mewarnai bersama, menggambar bersama, menyapu bersama, dan lain-lain.
ü  Latih si adik memberikan penghargaan kepada kakaknya.
ü  Sering Bermain bersama      

6. Persiapkan dahulu jika ingin meberikan adik

Siaran Parenting " Bagaimana Berdiskusi tentang Seksualitas dengan Anak - Anak?"

Pendidikan seks untuk anak - anak kerap masih dianggap tabu oleh orangtua sehingga orangtua membiarkan anak mencari sendiri informasi tersebut. Hal ini tentu beresiko jika sumber informasi yang didapat anak - anak tidak tepat. Oleh sebab itu, orangtualah yang sesungguhnya paling bertanggungjawab dalam memberikan pendidikan seks untuk anak - anak. Bukan hal mudah memang, apalagi orangtua harus memperhatkan pemilihan kata yang sesuai dengan perkembangan anak agar penddikan seks dapat dipahami buah hati. Jadi bagaimana? Mari ayah bunda, berbagi dan belajar bersama kami dala talkshow interactive Pojok Parenting Cantrik kerjasama dengan radio PETRA 105,7 FM, Jum'at , 6 November 2015 pkl. 09.00 - 10.00 WIB


Friday, September 18, 2015

Bagaimana Caranya Membantu Anak Mengenali Minat dan Bakatnya?

Siaran Radio Pojok Parenting di Radio Petra 105,7 FM
Narasumber: Catahrina Esthi dan Sukaningtyas

Anak memang dilahirkan oleh orangtua dan pengasuhan adalah tanggungjawabnya. Namun, bukan berarti orangtua berhak untuk memaksakan apa yang ‘dianggap’ baik oleh orangtua yang nyatanya justru membunuh potensi yang dimiliki anak dari Sang Penciptanya. Orangtua hanya bertanggungjawab untuk membantu anak mengenali dirinya dan memahai potensi serta mengembangkannya untuk berkarya bagi sesama. Lalu bagaimana membantu anak mengenali minat dan bakatnya? Berikut beberapa tis yang dapat dilakukan orangtua bagi buah hati:
 Pertama dan utama yang harus dilakukan Orangtua adalah berfikir terbuka, demokratis dan berawasan luas. Dengan berpikir terbuka dan demokratis maka orangtua akan lebih menghargai anak dan potensinya. Ketika orangtua dapat menghargai maka dia akan lebih peka untuk mengenali kecerdasan buah hatinya.
Kedua, Memfasilitasi dan memberi stimulas (objek & Aktivitas) untuk anak melihat, mencoba dan menikati berbagai hal terkait  9 kecerdasan majemuk ( tidak harus dileskan macam – macam) dengan cara misal:
ü  Visual=Mendokumentasikan kegiatan/objek  (mengamati gambar, foto, merangkai dan membongkar lego, menggunting, melipat, menggambar, halma, puzzle, rumah-rumahan, permainan komputer dll.)
ü   Linguistik=Gantian Mendongeng, bantu anak menceritakan pengalaman seharian di sekolah, ceritakan dongeng, main peran dengan menjadi misal penyiar, ajak anak ikut penyiar cilik
ü  Musikal = sediakan alat musik dan biarkan anak mencobanya, menyanyi bersama, mainkan musik, menonton konser, kaaoke
ü  Logis Matematis = permainan yg menggunakan strategi, monopoli, catur, baca buku2 pengetahuan,mempelajari bintang2 dan gugusannya, , planetarium  (mengelompokkan, menyusun, merangkai, menghitung mainan, bermain angka, halma, congklak, sempoa, catur, kartu, teka-teki, puzzle, monopoli, permainan komputer dll.)
ü  Kinestetik= menemukan jenis  oahraga yg disukai, benda bongkar pasang (lego), permainan yang membbutuhkan  gerak dan tenaga, menonton pertandingan2 olahraga,
ü  Interpersonal=  beri kesempatan anak menjadi pemimpin mis pimpin doa makan, mengikuti organisasi , kenalkan anak dengan orang/teman berbagai suku&agama langsung aupun lewat gambar/TV, biarkan bermain dengan teman berbagai usia
ü  intrapesonal = menulis buku harian, mengarang cerita, berhayal, beri kesempatan mengungkapkan perasaannya atau buat rutinitas cerita perasaan
ü  Naturalis= mengupulkan dan memberi nama berbagai serangga, kemah di alam terbuka, mengunjungi kebun binatang, menanam & merawatnya, memelihara binatang, mengaati langit (menghitung bintang,)
ü  Eksistensial = beri stimulus setelah mendengarkan cerita dengan pertanyaan misal bagaimana jika kita tidak punya ibu?  bagaimana jika........?

Ketiga,  Amati dan Beri Penilaian. Adapun Ciri Kecerdasan yang menonjol dalam diri anak adalah ketika anak Cepat belajar,asyik mengalami, puas terhadap usahanya dan ingin mengulang. Jika ciri – ciri tersebut muncul saat anak beraktivitas dalam berbagai hal maka orangtua dapat memastikan kecerdasan yang dimiliki anak.

        Keempat,Refleksikan Bersama dan  Beri penguatan untuk minat yang muncul. Ajak anak merasakan dan memahami akan minatnya dan beri kesempatan dan ruang yang seluas – luasnya untuk anak mengeksplorasi minatnya.

Mengenal Kecerdasan Majemuk dalam Diri Anak

Siaran Pojok Parenting 18 September 2015 di Radio Petra 105,7 FM
Narasumber : Catharina Esthi, S.psi dan Sukanintgyas

Mengenali minat dan bakat anak tentu tidak terlepas dari kecerdasan majemuk yang dimiliki oleh anak – anak kita. Oleh sebab itu , penting untuk engenali apa saja kecerdasan majeuk itu dan wujudnya dalam pekerjaan.
Berikut ada 9 maca kecerdasan majemuk yang umumnya dimiliki oleh manusia:
1)      Visual – spasial  adalah kemampuan mengolah informasi yang berupa imajinasi, visual dan spasial seperti garis, bentuk, warna dan relasi antar elemen tersebut. Contoh pekerjaan: arsitek, desain, pelukis, pemahat,pemborong, navigator, grand master catur
2)      Linguistik merupakan kemampuan yang berkaitan erat dengan kata-kata, baik lisan maupun tertulis beserta dengan aturan-aturannya biasanya dimiliki oelh para novelis, penyair, penulis iklan, penulis naskah, editor,penerbit, jurnalis, juru bicara/humas, presenter, narator,motivator
3)      Musikal yakni kemampuan menangkap bunyi-bunyi, membedakan, menggubah, dan mengekspresikan diri melalui bunyi-bunyi atau suarasuara yang bernada dan berirama. Kecerdasan ini meliputi kepekaan pada irama,melodi, dan warna suara.
pemain sandiwara, penggubah lagu, konduktor, penata rekaman pembuat instrumen & aransemen musik merupakan orang – orang yang memiliki kecerdasan musikal.
4)      Logis Matematis adalah Kecerdasan logika-matematika berkaitan dengan kemampuan mengolah angka dan atau kemahiran menggunakan logika. Kecerdasan ini dimiliki oleh para Ahli matematika, ilmuwan, polisi,akuntan dan detektif. Umunya, semua orangtua memaksakan anak menguasai kecerdasan metematis ini.
5)      Kinestetik merupakan kemampuan menggunakan gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta keterampilan mempergunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu. Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan,keterampilan, kekuatan, kelenturan, kecepatan dan keakuratan menerima rangsang, sentuhan, dan tekstur seperti pada seorang penari, aktor, atlet, olahragawan, stunt‐man, ahli spesial efek, ahli bedah, karateka, pembalap,pekerja lapangan, mekanik
6)       Kecerdasan intrapersonal berkaitan dengan aspek internal dalam diri seseorang, seperti, perasaan hidup, rentang emosi, kemampuan untuk membedakan emosi-emosi, menandainya, dan menggunakannya untuk memahami dan membimbing tingkah laku sendiri seperti yang terdapat pada seorang novelis, penasehat,  guru, pemuka agama ahli meditasi
7)      Interpersonal umumnya  melibatkan kemampuan untuk memahami dan bekerjasama dengan orang lain. Kecerdasan ini melibatkan banyak kecakapan, yakni kemampuan berempati pada orang lain, kemampuan mengorganisasi sekelompok orang menuju ke tujuan suatu tujuan bersama, kemampuan mengenali dan membaca pikiran orang lain, kemampuan berteman atau menjalin kontak. Para politisi, guru, penasehat, pedagang, marketing, manager public relation pimpinan umumnya membutuhkan kecerdasan ini.
8)      Naturalis  berkaitan dengan kemahiran dalam mengenali dan mengklasifikasikan flora dan fauna dalam lingkungannya. Kecerdasan ini juga berkaitan dengan kecintaan seseorang pada benda-benda alam, binatang, dan tumbuhan. Kecerdasan naturalis juga ditandai dengan kepekaan terhadap bentukbentuk alam, seperti dedaunan, awan, batu-batua
Pecinta Alam, Pecinta Binatang, Geologis,Pelatih Outbond, Penjelajah, Ahli Cuaca
9)      Eksistensial merupakan kemampuan seseorang untuk menjawab persoalan –persoalan terdalam eksistensi atau keberadaan manusia seperti yang terdapat pada seorang Filsuf

Kecerdasan – kecerdasan tersebut akan menumbuhkan minat tertentu pada anak dan akhirnya akan ‘menelorkan’ bakat dalam diri buah hati kita. Adapun tahapan anak dalam proses perkebangannya hingga melahirkan bakat adalah sebagai berikut:
Siklus perkembangan bakat anak
Fase
Deskripsi
Tugas Perkembangan

0 -7 th
Eksplorasi
Eksplorasi sehingga menyadari kecerdasan majemuk untuk bekal dalam beragam bidang bakat
1. Mengeksplorasiminat pada seluruh bidang kecerdasan
2. Mengalami pengalaman eksplorasi yang memadai
3. mengenali profil kecerdasan majemuk & minat
7 –14 th Belajar mendalam

Belajar mengembangakan bakat, cara dan tujuan sehingga anak mampu mandiri belajar . Dengan kemampuan belajar ini, anak mampu mengenali, mempelajari dan mengatasi berbagai tantangan dalam berkarier pada bidang bidang bakatnya.
1. Menemukan fokus belajar
2. gemar belajar &  tekun belajar (“memelihara’ & menjaga spy minat dan bakat tetap dan terus tumbuh)
4. belajar mendalam (tujuan dia belajar)
14 – 18
Arah Karier
Menentukan arah karier berdasarkan kapasitas bakat dan pemahaman terhadap ekosistem bakat
1. Menampilkan hasil belajar
2. mempelajari ekosistem bakat (misal : pemain musik à pengetahuan/segala sesuatu ttg musik: perkembangan, jenis musik, pihak2 yg mendukung musik (t4 beli alat musik, t4 belajar),
3. menentukan arah karier
18 th ke atas
Berkarier
Mampu berkarier sesuai bakatnya
1. Mendapatkan pengakuan dari masyarakt atas bakatnya
2. mampu belajar berkelanjutan



Friday, September 11, 2015

Mendampingi Anak sesuai Keunikannya

Acara : Siaran Pojok Parenting Radio PETRA 105,7 FM
Waktu: Jumat, 11 September 2015,  Pkl. 09.00-10.00 WIB
Tema: Minat & Bakat Anak
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Disa Teresia


Setiap anak diyakini memiliki kecerdasan khusus di dalam dirinya. Salah satu tantangan kita sebagai orangtua adalah mengembangkan kecerdasan yang dimilki anak. Kecerdasan tersebut adalah karunia Tuhan pada setiap individu untuk menjalani peran uniknya di dunia ini. Kecerdasan ini tidak melulu berkaitan dengan kemampuan akademis, karenanya menilai kecerdasan anak berdasar pada kemampuan akademik saja akan terlalu menyempitkan makna kecerdasan dan potensi anak. Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) dari Gardner menyebutkan ada 8 jenis kecerdasan anak, yaitu: kecerdasan logika/matematika, kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan interpersonal, kecerdasan fisik/kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan visual/spasial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan alam. Ketika kecerdasan tersebut bertemu dengan objek atau aktivitas tertentu dan memunculkan ketertarikan pada anak, itulah yang dinamakan minat. Dengan minat, anak-anak akan bisa mengasah kecerdasannya pada area tersebut. Pertemuan antara kecerdasan majemuk dan minat ini akan memunculkan perilaku, dan ketika perilaku ini menghasilkan sesuatu yang produktif atau karya yang diapresiasi oleh masyarakat, disinilah berarti bakat seorang anak mulai muncul. Apa manfaatnya ketika anak dapat menemukan minat dan bakatnya? Ketika misteri minat dan bakat anak ini terkuak sejak dini, maka kelak anak tidak akan mengalami kebingungan dalam menentukan hal yang ingin dicapainya. Kasus-kasus seperti salah pilih jurusan saat SMA atau di bangku kuliah akan terminimalisasi. Tentu saja ini akan menghemat energi, waktu, dan biaya. Dengan pengarahan yang tepat maka anak dapat berkarir sesuai dengan minat dan bakatnya. Orang-orang yang berkarir sesuai dengan minat dan bakatnya dapat menghasilkan karya-karya yang lebih maksimal, mereka menikmati karirnya. Peran orang tua Kecerdasan adalah titipan yang diberikan Tuhan kepada anak. Titipan itu melekat pada anak dan menjadi milik anak, bukan milik orangtua. Seringkali orangtua merasa bahwa anak adalah miliknya sehingga lupa bahwa anak adalah individu utuh yang juga memiliki rasa, karsa, dan karya sendiri. Meski anak adalah keturunannya, namun orangtua bukanlah penentu masa depan anak. Orangtua juga perlu memahami bahwa kecerdasan unik milik orangtua tidak serta merta diwariskan ke anak. Penjara yang sesungguhnya adalah ambisi orangtua yang memaksakan kehendak atau cita-cita yang belum tercapai kepada anak. Ketika orangtua memaksakan anak menjadi seperti yang dia inginkan, sesungguhnya disitulah penjara mulai dibangun. Orangtua harus menyadari bahwa sejak lahir anak sudah dibekali kecerdasan oleh Tuhan, tugas orangtua adalah memberikan stimulus-stimulus untuk memunculkan kecerdasan yang paling kuat. Sistem pendidikan kita kurang menggali delapan area kecerdasan majemuk anak-anak kita, maka tugas kita sebagai orangtua adalah menjadi pendamping utama bagi anak-anak kita mengeksplor area-area kecerdasannya. Pertemukan setiap area-area kecerdasan tersebut dengan objek dan aktivitas yang beragam untuk menemukan minat khusus anak-anak kita. Ketika anak tidak menunjukkan minat pada objek atau aktivitas tertentu, bukan serta merta dia tidak memiliki kekuatan pada area kecerdasan tersebut. Perlu ekslporasi lebih banyak lagi dan mencoba mempertemukan mereka dengan objek atau aktivitas lain pada area kecerdasan yang sama. Ketika sudah ditemukan kecerdasan dan minat yang menonjol pada diri anak, orangtua mendorong anak untuk memfokuskan pada apa yang menjadi kekuatannya supaya nantinya bisa memunculkan bakat yang menghasilkan karya produktif. Namun bukan berarti orangtua menghentikan eksplorasi pada area-area kecerdasan anak lainnya, karena pada dasarnya eksplorasi bisa terjadi sepanjang hayat. “Sesungguhnya tidak butuh orangtua yang sempurna untuk melakukan pengembangan bakat anak. hanya butuh kepedulian orangtua yang lahir dari cinta kasihnya kepada anak – cinta yang berjuang demi kebaikan anak” (Setiawan, 2014).

Friday, September 4, 2015

Mendampingi Anak Sesuai Minat dan Bakatnya

Siaran Radio Pojok Parenting 4 September 2015
Radio PETRA 105,7 FM pukul 09.00 - 10.00 WIB
Narasumber: Catharina Esthi, S.Psi dan Sukaningtyas

Setiap anak pasti terlahir dengan kecerdasan yang dibekali Sang Pencipta sebagai modal anak berkarya bagi sesama di dunia. Ada 9 kecerdasan yang kita kenal dengan sebutan kecerdasan majemuk dan satu hingga tiga kecerdasan dipastikan menonjol dalam diri anak – anak kita. Akan tetapi, kerap kali orangtua mengabaikan hal ini karena merasa memiliki “kuasa” atas anaknya atapun merasa berhak dan tahu betul jalan/ arah mana yang paling baik untuk anak – anaknya. Hal ini disebabkan karena orangtua tentu telah memiliki banyak pengalaman sehingga ‘merasa tahu’ yang terbaik untuk anak. Disisi lain orangtua masih banyak yang terjebak pada makna sukses yang tertuju pada harta dan jabatan sehingga orangtua mendorong anak memilih pendidikan yang akan membawa mereka pada pekerjaan yang mendatangkan banyak harta, jabatan dan “prestige” / gengsi yang tinggi seperti dokter, arsitek, polisi, PNS dan sebagainya. Akibatnya, banyak anak tidak mendapatkan kesempatan mengembangakan kemampuan sebenarnya yang dimilikinya. Anak – anak banyak mengalami salah jurusan saat kuliah sehingga kesulitan menyelesaikannya, ataupun lulus dan bekerja mereka merasa tidak nyaman. Ada pula yang karena dipaksa menyukai suatu bidang tertentu, anak menjadi bingung saat harus menentukan pilihan jurusan sekolah hingga karirnya. Hal ini jelas bahwa memaksakan minat orangtua kepada anak hanya akan mematikan potensi anak kita sendiri. Dari pada memaksa anak menguasai hal yang tidak dia sukai sesuai kecerdasaanya, lebih baik mengenali potensi anak kita melalui minat dan bakatnya.

Lalu apa sebenarnya minat dan bakat anak itu? apa hubungannya dengan kecerdasan yang dimiliki anak? Kecerdasan Majemuk adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir oleh seseorang untuk mengolah jenis informasi tertentu untuk menyelesaikan persoalan atau menciptakan karya yang bermakna pada sebuah konteks budaya. Sementara itu  Minat merupakan ketertarikan anak pada objek atau aktivitas tertentu yang muncul karena adanya kecerdasan yang menonjol dalam diri anak sementara Bakat Adalah Perilaku yang dihargai dalam bidang tertentu bahkan hingga disebut produktif menghasilkan karya. Misalnya: seorang Anak menonjol dalam kecerdasan musikal  maka ketika anak dipertemukan dengan alat – alat musik atau didengarkan musik maka akan segera muncul minatnya dalam hal musik. Ketika minat ini dikembangkan dengan latihan terus menerus hingga menghasilkan karya seni seperti lagu atau aransemen maka inilah yang disebut BAKAT. Dengan demikian, bakat merupakan manifestasi dari kecerdasan majemuk.


Penting bagi orangtua untuk mengenali minat dan bakat anak karena dengan mengetahu minat anak maka anak Tidak akan kebingungan saat harus  memilih karir dan  Ketika berkarir sesuai bakat maka anak nantinya akan dapat mengerjakan dengan maksimal dan hasil maksimal. Dengan demikian, maka kita akan menghemat waktu, energi dan biaya karena memilih jurusan yang tepat karena jika diketahui setelah dewasa maka tentu akan banyak sekali pertimbangan untuk kembali pada apa yang diminattinya. Dengan mengetahui minat anak maka harapannya Orangtua tidak memaksakan keinginannya ke anak.

Friday, August 28, 2015

Anakku Kinestetik, Bagaimana Cara Mendampinginanya Belajar?

Acara : Siaran Pojok Parenting Radio PETRA 105,7 FM
Waktu: Jumat, 28 Agutus 2015,  Pkl. 09.00-10.00 WIB
Tema: Gaya Belajar Kinestetik
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Disa Teresia

Kita seringkali menjumpai anak-anak yang energinya sangat berlebih, akibatnya ketika di kelas “konvensional” anak-anak ini tidak bisa duduk tenang, lebih memilih jalan-jalan mengeksplor seisi ruangan atau mengganggu teman. Biasanya mereka menerima label negatif seperti “anak bandel” karena menjadi biang kerusuhan di kelas, tidak mau menurut perintah gurunya, atau “anak bodoh” karena dengan tidak adanya perhatian pada apa yang diajarkan membuat anak-anak dengan kecenderungan seperti ini memiliki prestasi akademik yang buruk. Betulkah mereka bandel? Betulkah mereka bodoh? Atau jangan-jangan mereka adalah anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik?
Apa itu gaya belajar kinestetik? Jika gaya belajar diumpamakan sebagai sebuah “pintu masuk bagi informasi”, maka gaya belajar kinestetik merupakan proses menerima, memahami, dan mengingat informasi dengan cara melibatkan gerakan anggota tubuh. Anak-anak yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik belajar dengan mudah melalui praktek dan memperagakan secara langsung.
Bagaimana ciri-ciri anak dengan gaya belajar kinestetik?
Anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik akan mudah menaruh perhatian pada respon fisik, mereka akan mudah mengingat ketika sebuah informasi disampaikan melalui gerakan atau isyarat tubuh. Anak-anak ini menyukai cara belajar yang melibatkan mereka untuk mengalami atau praktek secara langsung, salah satunya kegemarannya adalah membongkar pasang mainan atau peralatan tertentu karena didorong oleh rasa ingin tahu. Anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik akan terlihat lebih banyak bergerak dan tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama. Sebaliknya mereka lebih menyukai aktivitas yang membutuhkan banyak gerak dan mengeluarkan banyak energi, seperti misalnya menghafal sambil berjalan-jalan, naik sepeda, main bola, atau membaca sambil menunjuk dengan jari.

Bagaimana cara mendampingi anak dengan gaya belajar kinestetik?
Belajar dalam kelas konvensional seperti duduk diam mendengarkan guru berbicara, atau membaca dengan tenang dapat membuat anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik tidak nyaman, bahkan dapat memicu stres karena energi berlebihnya tidak tersalurkan dan informasi penting mengenai pelajaran tidak dapat diserapnya. Ada baiknya guru atau orangtua memanfaatkan energi berlebih yang dimiliki anak tersebut dengan melibatkannya dalam praktek langsung berkaitan dengan materi yang dipelajari, misalnya mempraktekkan sebuah gerakan atau mencoba sebuah eksperimen.
Duduk tenang untuk belajar dalam waktu yang lama bisa jadi aktivitas yang menyiksa bagi anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik, maka para guru dan orangtua sebaiknya memberikan kesempatan bagi anak untuk berjalan-jalan saat membaca atau mendengar. Beraktivitas dalam kelompok juga dapat mengarahkan energi berlebihnya dan dapat mendorong mereka berkreasi dengan aktivitas fisik. Jika memang ada aktivitas yang membutuhkan duduk tenang, ada baiknya guru atau orangtua memberikan waktu jeda untuk bermain atau beraktivitas fisik terlebih dahulu


Saturday, August 22, 2015

Bagaimana Orangtua Mendampingi Remaja Menemukan Identitasnya?


Acara : Siaran Parenting Radio Satu Nama 855 AM
Waktu: Sabtu, 22 Agutus 2015,  Pkl. 10.00-11.00 WIB
Tema: IDENTITAS DIRI PADA REMAJA
Narasumber: Karunianingtyas Rejeki, Sukaningtyas
Host: Kuncoro

Pencarian identitas diri sebenarnya terjadi seumur hidup namun masa yang paling krisis adalah saat remaja dimana masa ini remaja mulai mempertanyakan tentang siapa dirinya dan berbagai perubahannya. Secara fisik remaja mengalami banyak perubahan demikian dengan emosi dan kognitifnya. Perkembangan yang pesat ini membawa konsekuensi pada pemikiran kritis dan rasa ingin tahu yang besar pada remaja. Oleh sebab itu remaja ingin mencoba banyak hal secara khusus tentang ketertarikan pada lawan jenis dan perkembangan seksualnya.  Pacaran tidak sehat (hubungan seksual di luar nikah) mebawa konsekuensi pada kehamilan remaja putri.  Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi Dikpora Yogyakarta, Triana Purnawati engungkapkan bahwa Sepanjang 2013, terdapat 325 kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang terjadi pada remaja sementara   per Mei 2014 sudah ada 142 remaja. Jumlah ini tentu sangat memprihatinkan mengingat dampak yang harus diterima remaja bukan saja tentang bayi yang dikandungnya melainkan juga masa depannya.
Masalah pergaulan bebas adalah salah satu fenomena terkait krisis identitas pada remaja, fenomena lain yakni tentang okoh idola. Idola mejadi bagian penting dalam proses ini karena sering kali apa yang dikatakan, dipakai sang idola akan ditiru ooleh para remaja apalagi di zaman sekarang dimana media banyak sekali mengepung para remaja. Jika remaja tidak didampingi maka besar kemungkinan remaja akan sulit menemukan dentitas dirinya. Fenomena lain terkait remaja adalah perbedaan sikap dimana remaja lebih suka menghabiskan waktu bersama teman dari pada keluarga, remaja lebih pendiam bahkan sulit diatur dan cenderung meberontak dari orangtua.
Psikolog Less Parrott Ph.D menambahkan tanda remaja sedang mencari identitas diri, yakni pemberontakan. Dengan memberontak, remaja memperlihatkan bahwa mereka adalah sosok yang berbeda dengan orangtua atau pihak yang berwenang (sekolah, misalnya). Di samping itu, tindakan ini juga yang akan membuat mereka tetap diterima oleh teman sebayanya.
Mengapa pencarian identitas diri menjadi penting pada masa remaja? Apa akibatnya kalau gagal mencapai identitas dirinya?
Karena pada masa remaja pertumbuhan fisik, kognitif, sosial dan emosi-nya bertumbuh pesat. Lingkaran sosialnya juga bertambah banyak. Pada titik tersebut mereka diperhadapkan pada berbagai macam pilihan, dan mereka harus bisa menentukan siapa dirinya, nilai-nilai yang dianutnya, dan seperti apakah masa depannya. Individu yang memiliki identitas diri yang kuat akan melihat diri mereka sebagai individu yang terpisah dari berbagai individu lain.
Apabila seorang remaja mengalami hambatan ataupun kegagalan dalam tahapan ini maka akan meninggalkan sebuah masalah krisis identitas diri. Remaja dapat mengalami kebingungan dalam batinnya mengenai siapa dirinya, nilai-nilai yang dianutnya, dan seperti apakah masa depannya.

Bagaimana cara remaja mencari identitas dirinya?
             Eksplorasi –sebuah periode dimana remaja berusaha mencari tahu, mengkritisi, menyelidiki, aktif bertanya, mempertanyakan segala sesuatunya mengenai berbagai pilihan yang ada ataupun tujuan-tujuan yang ingin dicapai, serta nilai-nilai ataupun keyakinan-keyakinan. Oleh karena itu, kerapkali remaja akan terlihat menjadi lebih kritis terhadap segala sesuatunya.
             Komitmen diri - remaja mengambil komitmen ataupun keputusan untuk tidak terus berubah-ubah, ataupun tidak melakukan perubahan yang besar mengenai nilai-nilai ataupun aspek kehidupannya.
Tiga aspek yang penting dalam pembentukkan identitas diri remaja, yaitu :
1.            Fisik & seksual (gambaran tubuh seseorang)
Remaja mulai peduli akan bentuk tubuhnya, seiring dengan berkembangnya otot pada anak laki laki dan jaringan lemak pada perempuan. Pada masa pubertas, ciri-ciri sekunder yang berkaitan dengan fisik seperti : tumbuhnya payudara, membesarnya panggul pada wanita, tumbuhnya jakun dan bulu pada pria, jerawat, dll
2.            Identitas pengadopsian nilai-nilai hidup/budaya
Generasi muda dikelilingi oleh image-image yang berpengaruh, khususnya dari media masa. Kepungan media masssa terhadap segenap aspek kehidupan manusia ini menjadikan berkembangnya kebudayaan baru yang disebut budaya popular. Segala yang sering tampil di media massa adalah popular dan menjadi trend dari budaya modern yang terus berubah. Apa yang tidak mengikuti trend yang ada, termasuk meniru gaya dan perilaku para artis popular adalah ketinggalan, sedangkan sebaliknya orang tua adalah symbol nilai-nilai konservatif. Sebagai akibatnya remaja pun, melakukan peniruan-peniruan pada model dan life style yang ditawarkan media massa.
3.            Karir di masa depannya (mencakup minat, prestasi dan jalur karir yang   akan dibahas khusus pertemuan mendatang
Orang tua kerapkali kurang menyadari tiga aspek ini menjadi sesuatu yang penting dalam identitas diri dari seorang remaja.
Bagaimana orangtua mendampingi remaja mencapai identitas dirinya?
Dilihat dari kedua dimensi (eksplorasi dan komitmen), kerapkali orang tua terjebak hanya berfokus pada salah satu dimensi saja. Beberapa orang tua berfokus pada komitmen tanpa memberikan kesempatan bagi si remaja untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan yang ada. Akibatnya, remaja menjalankan komitmen yang dibuatkan oleh orang lain untuk hidupnya tanpa adanya proses eksplorasi. Akhirnya, remaja dapat saja tidak menjadi dirinya sendiri sesuai dengan keunikkan yang dimilikinya melainkan menjadi diri yang seperti orang lain inginkan.
Di sisi lain, beberapa orang tua berfokus pada proses eksplorasi namun tidak memberikan dorongan untuk remaja mengambil suatu komitmen dalam aspek kehidupannya. Akibatnya, remaja terlalu berlama-lama bahkan terus berkelanjutan dalam proses eksplorasi dan remaja cenderung menunda-nunda untuk mengambil suatu komitmen, serta pada akhirnya ia dapat mengalami krisis identitas ataupun kelabilan/ketidakpastian dalam identitas dirinya.
Oleh karena itu, orang tua sebaiknya seimbang dalam memberikan kesempatan pada remaja untuk mengeksplorasi dan mengambil komitmen.  Berikut beberapa contoh pendampingan bagi remaja:
1. Dimensi Fisik & seksual
Eksplorasi  berikan kebebasan atau mencoba memilih bentuk tubuh ideal seperti tokoh idola, melakukan olah raga, melakukan diet; memulai hubungan dengan lawan jenis
Komitmen  pendampingan atas pemilihan gaya hidup sehat (seimbang olahraga/diet), pendampingan atas pacaran yang sehat dengan segala batasan dan konsekuensinya, pendampingan atas pengetahuan tentang seks (hubungan seksual sebelum pernikahan dan akibatnya) supaya mereka memiliki batas-batas eksplorasi
2. Dimensi Nilai/Budaya

Ekspolorasi  berikan kebebasan ketika mereka secara aktif dan kreatif meniru tokoh idola atau pilihan nilai atau budaya yang ditawarkan media masa (karena biasanya anak takut dianggap kurang pergaulan atau kuper oleh teman-temannya). Dan karena hal inilah tampaknya yang menjadikan pilihan mereka mengidolakan artis atau selebritis adalah pilihan yang rasional untuk tetap dapat menyelaraskan diri dengan lingkungan sosial, diterima teman-teman sebayanya.

Bagaimana Mendampingi Anak Mengenal dan Menerima dirinya?

Acara : Siaran Parenting Radio Satu Nama 855 AM
Waktu: Sabtu, 15 Agutus 2015,  Pkl. 10.00-11.00 WIB
Tema: IDENTITAS DIRI PADA ANAK
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Kuncoro

Siaran parenting pertama di Radio Satu Nama mengangkat tema tentang bagaimana orangtua mendapingi anak mengenal dan menerima identitas dirinya. Proses pencarian Identitas seseorang sebenarnya dimulai sejak bayi hingga lanjut usia. Masa krisis identitas sendiri terjadi pada masa remaja sehingga pendampingan pengenalan identitas pada masa anak menjadi sangat penting untuk dilakukan karena pengenalan identitas di masa ini menjadi dasar dalam tahap perkembangan selanjutnya ketika seseorang mencari jati dirinya. Meskipun pengenalan dan penerimaan identitas diri penting pada masa anak – anak. tidak sedikit orangtua yang menganggap remah hal ini sehingga ketika anak menginjak remaja bahkan dewasa orangtua kesulitan mendampingi anak – anaknya.

Pertanyaan – pertanyaan kecil anak tentang siapa dirinya dan oranglain mestinya tidak diremehkan orantua karena saat anak bertanya sesungguhnya dia sedang membangun konsep dirinya seperti mengapa temanku berkerudung semetara aku tidak? Mengapa dia punya mainan bagus – bagus tapi aku tidak? Mengapa rambutku keriting? Dan pertanyaan lainnya. Proses anak bertanya ini dala tahap perkembangannya di sebut dengan proses Pemahaman Diri.

Lalu Apa yang dimaksud dengan Pemahaman diri? Pemahaman diri adalah Tahap awal/pondasi seseorang dalam upaya menemukan identitas dirinya.
Proses pemahaman diri ini mempunyai manfaat penting bagi perkembangan anak yakni Meningkatkan Percaya diri dan Sarana interksi sosial. Ketika anak mengenal dan menerima dirinya (nama, rambut, penampilan, kepemilikan,dll) maka hal ini akan membantu anak mantap dengan dirinya sehingga memudahkan anak berinteraksi dengan orang lain .
Sementara itu, waktu yang tepat untuk mengenalkan anak tentang dirinya adalah Sejak anak mampu berbicara dimulai dengan ciri fisik.

Cara mendampinginya pun dalpat dengan cara – cara yang mudah seperti berikut ini:
1.    Mengenalkan ciri – ciri fisik dan kegunaannya misalnya dengan cara :
  • Membaca buku bersama tentang TUBUH
  • Menyanyi “Kepala, Punda, Lutut,Kaki / 2 mata saya, hidung saya satu”
  • Mendongeng dengan mengajak anak memegang bagian tubuhnya saat ada bagian tubuh yang diucapkan oleh orangtua.
  • Menggambar / Mewarnai/kolase gambar tubuh

2. Kenalkan anak pada ciiri – ciri yang “berhubungan dengan dirinya”  seperti:
  • Ajar anak menyebutkan namanya,  nama panggilan, nama lengkap
  • Latih anak mengucapkan nama orangtua
  • Membuat Peta Rumah untuk mengenalkan alamat rumah
  • Membuat Pohon Keluarga untuk mengenal silsilah keluarga
  • Membuat project video tentang kekhasan daerah, aktivitas yang disukai, pengalaman – pengalaman menarik
3. Kenalkan anak pada profesi orangtua dan nilai mulia dari profesi itu sehingga menimbulkan kebanggaan pada anak.
4.   Memberi “label” positif yang sesuai dengan kemampuan anak
  • Panggil anak sesuai nama
5.  Beri pujian segera untuk hal yang mampu dikerjakan anak (Segera krn agar anak masih mengingat apa yg dilakukannya)
6.  Bantu anak menguasai suatu keahlian sesuai tahap perkembangannya (bisa juga menemukan bakat anak)
  • Usia Balita = berjalan, bicara, berlari, memanjat, menyanyi,
  • Usia Sekolah = menulis, membaca, menari,
7.   Ingatkan anak pada kesuksesanya dan bukan kesalahan yg pernah dibuat
8.Bantu Anak mengembangkan kesadaran hak akan tubuhnya sendiri \contoh: saat menolak dicium
 9.      Ajak anak berinteraksi dengan orang lain misalnya dengan:
·      Bermain bersama anak – anak sekitar rumah (dpt juga mengundang mereka)
·       Ajak arisan , tempat ibadah, belanja (trutama pasar tradisional),
10.          Habiskan waktu bersama anak agar anak merasa dicintai dan berharga misalnya dengan:

  • Bermain/nonton/memasak/membaca  bersama dengan anak
  • Pajang hasil kreasi anak
  • Saat makan / setelahnya jadikan sebagai waktu untuk anak – anak becerita pengalamannya, dengarkan dan tanggapi dengan serius.                

Friday, August 21, 2015

Bagaimana Mendampingi Belajar Anak Auditori?

Acara : Siaran Pojok Parenting Radio PETRA 105,7 FM
Waktu: Jumat, 21 Agutus 2015,  Pkl. 09.00-10.00 WIB
Tema: Gaya Belajar Auditori
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Disa Teresia

Anak – anak dengan gaya belajar Auditori memiliki sensitifitas pada pendengarannya. Segala hal yang didengarkan akan mudah di ingat dan dipahami sehingga mereka seperti memiliki alat perekam yang tajam. Jadi gaya belajar auditori sendiri adalah cara paling mudah menerima dan mengingat informasi dengan mendengarkan.
Adapun  ciri-ciri anak dengan gaya belajar auditori adalah sebagai berikut:
1.       Berbicara dg diri sendiri saat bekerja atau melakukan sesuatu
2.       Mudah terganggu oleh keributan
3.       Membaca sambil mengguman/melafalkan
4.       Suka membaca dg keras & belajar dg mendengarkan
5.       Kesulitan dlm menuliskan ide, namum cakap dlm bercerita
6.       Berbicara dlm irama yang terpola
7.       Suka berdiskusi & menjelaskan secara panjang lebar
8.       Punya masalah dg pekerjaan yang melibatkan visualisasi
9.       Biasanya seorang pembicara yang fasih
10.   Lebih mudah mengingat sesuatu dg mendengar dari pada melihat/mengamati sesuatu

Untuk memaksimalkan gaya belajar auditori, ayah – bunda dapat mendampingi mereka belajar dengan cara beriku:
  1. Minta anak Membaca dengan suara lantang dan dramatis, berbisik, atau dengan perubahan aksen/ logat.
  2. Ajak anak Mendeskripsikan/ menceritakan ulang hal yang sudah dibaca atau dilihat
  3. Bantu anak Membuat rekaman lalu mendengarkannya.
  4. Melagukan informasi yang ingin diingat, bisa dalam bentuk puisi
  5. Buatlah sesi tanya jawab atau diskusi  dalam  belajar
  6. Buatlah kelompok belajar (oleh guru/ortu)
  7. Sediakan tempat yang tenang untuk belajar
  8. Nasehati dengan diskusi misal buatlah kesepakatan bersama dan ingatkan jika anak melanggar
Pertanyaan dari bu Tutik, anak saya saat belajar sambil mendengarkan musik dan sering bolak balik mengambil minum, kira – kira anak saya memiliki gaya belajar apa?  Narasumber menjelaskan bahwa sebenarnya Ciri anak bu Tuti belum lengkap untuk kami memastikan dia masuk gaya belajar yang mana namun jika dilihat dari aktifitasnya bolak balik mengambil minum saat belajar bisa jadi dia termasuk anak kinestetik karena tidak tahan duduk lama.


Friday, August 14, 2015

Mendampingi Belajar dengan Cara yang Tepat

Acara : Siaran Pojok Parenting Radio PETRA 105,7 FM
Waktu: Jumat, 14 Agutus 2015,  Pkl. 09.00-10.00 WIB
Tema: Gaya Belajar Visual
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Disa Teresia

Siaran kali ini dimulai dengan test sederhana untuk menentukan jenis gaya belajar apa yang Sahabat (pendengar) PETRA FM miliki. Test ini dimaksudkan agar ketika pendengar mengenal gaya belajar dirinya atau buah hati mereka maka saat pembahasan macam – macam gaya belajar  pendengar dapat lebih mengenal dirinya dan buah hati.
Setelah selesai test, ada salah satu pendengar menanyakan bahwa dia memiliki skor yang sama antara Visual dan Kinestetik. Lalu gaya belajar mana yang sebenarnya saya miliki? Esthi memberi penjelasan bahwa memang ada seseorang yang memiliki gaya belajar kombinasi seperti  visual – kinestetik, Visual – Audio, Audio – Kinestetik. Kedua pintu itu menjadi cara yang mudah saat seseorang menerima dan mengingat informasi. Tyas menambah penjelasan bahwa seseorang Visual bisa jadi karna memang yang dibiasakan demikian sehingga gaya belajar lain yang menjadi caranya tertutup karena kurang bahkan tidak difasilitasi. Lalu bagaimana dengan anak – anak yang memang secara tahap perkembangan harus bergerak ,bagaimana kita tahu itu memang gaya belajarnya? Anak – anak sendiri memiliki gaya belajar yang bertahap. Anak – anak usia balita biasanya gaya belajar yang berkembang adalah gaya belajar kinestetik sehingga aktifitas di TK banyak bermain&bergerak, sementara usia kelas 1 SD – 3 SD kemampuan visual yang berkembang sehingga pada masa ini paling cocok untuk anak – anak belajar membaca dan menulis.
Adapun ciri – ciri anak visual adalah sebagai berikut:
  1. rapi & teratur
  2. bicara & membaca dg cepat
  3. perencana & pengatur jangka panjang yg baik
  4. teliti thd detail
  5. mementingkan penampilan
  6. mengingat apa yang dilihat & dg asosiasi visual
  7. tidak mudah terganggu oleh keributan
  8. senang mencorat-coret bahkan saat berbicara di telepon atau rapat
  9. butuh pandangan & tujuan menyeluruh serta waspada sblm memutuskan sesuatu
  10. kurang dapat mengingat dengan baik instruksi verbal, kecuali ditulis
  11. lebih suka membaca dari pada dibacakan
Lalu bagaimana cara mendampingi anak dengan gaya belajar visual agar optimal dalam belajar?

  1. Memakai Peta Konsep atau Peta Pembelajaran (mind mapping). Hal ini membantu memahami ide-ide pokok.
  2. Ajak anak untuk membayangkan atau membuat bayangan imajinasi setelah membaca, mengamati, atau mendengar informasi.
  3. Membuat gambar (grafik atau diagram) dari informasi yang diterima.
  4. Ajak anak menandai catatan penting dengan menggarisbawahi atau memberi warna tertentu
  5. Buatlah Instruksi,Kesepakatan atau nasihat dalam bentuk Tulisan, gambar atau video
  6. Sediakan ruang yang rapi dan teratur