Friday, August 28, 2015

Anakku Kinestetik, Bagaimana Cara Mendampinginanya Belajar?

Acara : Siaran Pojok Parenting Radio PETRA 105,7 FM
Waktu: Jumat, 28 Agutus 2015,  Pkl. 09.00-10.00 WIB
Tema: Gaya Belajar Kinestetik
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Disa Teresia

Kita seringkali menjumpai anak-anak yang energinya sangat berlebih, akibatnya ketika di kelas “konvensional” anak-anak ini tidak bisa duduk tenang, lebih memilih jalan-jalan mengeksplor seisi ruangan atau mengganggu teman. Biasanya mereka menerima label negatif seperti “anak bandel” karena menjadi biang kerusuhan di kelas, tidak mau menurut perintah gurunya, atau “anak bodoh” karena dengan tidak adanya perhatian pada apa yang diajarkan membuat anak-anak dengan kecenderungan seperti ini memiliki prestasi akademik yang buruk. Betulkah mereka bandel? Betulkah mereka bodoh? Atau jangan-jangan mereka adalah anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik?
Apa itu gaya belajar kinestetik? Jika gaya belajar diumpamakan sebagai sebuah “pintu masuk bagi informasi”, maka gaya belajar kinestetik merupakan proses menerima, memahami, dan mengingat informasi dengan cara melibatkan gerakan anggota tubuh. Anak-anak yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik belajar dengan mudah melalui praktek dan memperagakan secara langsung.
Bagaimana ciri-ciri anak dengan gaya belajar kinestetik?
Anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik akan mudah menaruh perhatian pada respon fisik, mereka akan mudah mengingat ketika sebuah informasi disampaikan melalui gerakan atau isyarat tubuh. Anak-anak ini menyukai cara belajar yang melibatkan mereka untuk mengalami atau praktek secara langsung, salah satunya kegemarannya adalah membongkar pasang mainan atau peralatan tertentu karena didorong oleh rasa ingin tahu. Anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik akan terlihat lebih banyak bergerak dan tidak dapat duduk diam dalam waktu yang lama. Sebaliknya mereka lebih menyukai aktivitas yang membutuhkan banyak gerak dan mengeluarkan banyak energi, seperti misalnya menghafal sambil berjalan-jalan, naik sepeda, main bola, atau membaca sambil menunjuk dengan jari.

Bagaimana cara mendampingi anak dengan gaya belajar kinestetik?
Belajar dalam kelas konvensional seperti duduk diam mendengarkan guru berbicara, atau membaca dengan tenang dapat membuat anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik tidak nyaman, bahkan dapat memicu stres karena energi berlebihnya tidak tersalurkan dan informasi penting mengenai pelajaran tidak dapat diserapnya. Ada baiknya guru atau orangtua memanfaatkan energi berlebih yang dimiliki anak tersebut dengan melibatkannya dalam praktek langsung berkaitan dengan materi yang dipelajari, misalnya mempraktekkan sebuah gerakan atau mencoba sebuah eksperimen.
Duduk tenang untuk belajar dalam waktu yang lama bisa jadi aktivitas yang menyiksa bagi anak-anak dengan kecenderungan gaya belajar kinestetik, maka para guru dan orangtua sebaiknya memberikan kesempatan bagi anak untuk berjalan-jalan saat membaca atau mendengar. Beraktivitas dalam kelompok juga dapat mengarahkan energi berlebihnya dan dapat mendorong mereka berkreasi dengan aktivitas fisik. Jika memang ada aktivitas yang membutuhkan duduk tenang, ada baiknya guru atau orangtua memberikan waktu jeda untuk bermain atau beraktivitas fisik terlebih dahulu


Saturday, August 22, 2015

Bagaimana Orangtua Mendampingi Remaja Menemukan Identitasnya?


Acara : Siaran Parenting Radio Satu Nama 855 AM
Waktu: Sabtu, 22 Agutus 2015,  Pkl. 10.00-11.00 WIB
Tema: IDENTITAS DIRI PADA REMAJA
Narasumber: Karunianingtyas Rejeki, Sukaningtyas
Host: Kuncoro

Pencarian identitas diri sebenarnya terjadi seumur hidup namun masa yang paling krisis adalah saat remaja dimana masa ini remaja mulai mempertanyakan tentang siapa dirinya dan berbagai perubahannya. Secara fisik remaja mengalami banyak perubahan demikian dengan emosi dan kognitifnya. Perkembangan yang pesat ini membawa konsekuensi pada pemikiran kritis dan rasa ingin tahu yang besar pada remaja. Oleh sebab itu remaja ingin mencoba banyak hal secara khusus tentang ketertarikan pada lawan jenis dan perkembangan seksualnya.  Pacaran tidak sehat (hubungan seksual di luar nikah) mebawa konsekuensi pada kehamilan remaja putri.  Kepala Bidang Pendidikan Menengah dan Tinggi Dikpora Yogyakarta, Triana Purnawati engungkapkan bahwa Sepanjang 2013, terdapat 325 kasus Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) yang terjadi pada remaja sementara   per Mei 2014 sudah ada 142 remaja. Jumlah ini tentu sangat memprihatinkan mengingat dampak yang harus diterima remaja bukan saja tentang bayi yang dikandungnya melainkan juga masa depannya.
Masalah pergaulan bebas adalah salah satu fenomena terkait krisis identitas pada remaja, fenomena lain yakni tentang okoh idola. Idola mejadi bagian penting dalam proses ini karena sering kali apa yang dikatakan, dipakai sang idola akan ditiru ooleh para remaja apalagi di zaman sekarang dimana media banyak sekali mengepung para remaja. Jika remaja tidak didampingi maka besar kemungkinan remaja akan sulit menemukan dentitas dirinya. Fenomena lain terkait remaja adalah perbedaan sikap dimana remaja lebih suka menghabiskan waktu bersama teman dari pada keluarga, remaja lebih pendiam bahkan sulit diatur dan cenderung meberontak dari orangtua.
Psikolog Less Parrott Ph.D menambahkan tanda remaja sedang mencari identitas diri, yakni pemberontakan. Dengan memberontak, remaja memperlihatkan bahwa mereka adalah sosok yang berbeda dengan orangtua atau pihak yang berwenang (sekolah, misalnya). Di samping itu, tindakan ini juga yang akan membuat mereka tetap diterima oleh teman sebayanya.
Mengapa pencarian identitas diri menjadi penting pada masa remaja? Apa akibatnya kalau gagal mencapai identitas dirinya?
Karena pada masa remaja pertumbuhan fisik, kognitif, sosial dan emosi-nya bertumbuh pesat. Lingkaran sosialnya juga bertambah banyak. Pada titik tersebut mereka diperhadapkan pada berbagai macam pilihan, dan mereka harus bisa menentukan siapa dirinya, nilai-nilai yang dianutnya, dan seperti apakah masa depannya. Individu yang memiliki identitas diri yang kuat akan melihat diri mereka sebagai individu yang terpisah dari berbagai individu lain.
Apabila seorang remaja mengalami hambatan ataupun kegagalan dalam tahapan ini maka akan meninggalkan sebuah masalah krisis identitas diri. Remaja dapat mengalami kebingungan dalam batinnya mengenai siapa dirinya, nilai-nilai yang dianutnya, dan seperti apakah masa depannya.

Bagaimana cara remaja mencari identitas dirinya?
             Eksplorasi –sebuah periode dimana remaja berusaha mencari tahu, mengkritisi, menyelidiki, aktif bertanya, mempertanyakan segala sesuatunya mengenai berbagai pilihan yang ada ataupun tujuan-tujuan yang ingin dicapai, serta nilai-nilai ataupun keyakinan-keyakinan. Oleh karena itu, kerapkali remaja akan terlihat menjadi lebih kritis terhadap segala sesuatunya.
             Komitmen diri - remaja mengambil komitmen ataupun keputusan untuk tidak terus berubah-ubah, ataupun tidak melakukan perubahan yang besar mengenai nilai-nilai ataupun aspek kehidupannya.
Tiga aspek yang penting dalam pembentukkan identitas diri remaja, yaitu :
1.            Fisik & seksual (gambaran tubuh seseorang)
Remaja mulai peduli akan bentuk tubuhnya, seiring dengan berkembangnya otot pada anak laki laki dan jaringan lemak pada perempuan. Pada masa pubertas, ciri-ciri sekunder yang berkaitan dengan fisik seperti : tumbuhnya payudara, membesarnya panggul pada wanita, tumbuhnya jakun dan bulu pada pria, jerawat, dll
2.            Identitas pengadopsian nilai-nilai hidup/budaya
Generasi muda dikelilingi oleh image-image yang berpengaruh, khususnya dari media masa. Kepungan media masssa terhadap segenap aspek kehidupan manusia ini menjadikan berkembangnya kebudayaan baru yang disebut budaya popular. Segala yang sering tampil di media massa adalah popular dan menjadi trend dari budaya modern yang terus berubah. Apa yang tidak mengikuti trend yang ada, termasuk meniru gaya dan perilaku para artis popular adalah ketinggalan, sedangkan sebaliknya orang tua adalah symbol nilai-nilai konservatif. Sebagai akibatnya remaja pun, melakukan peniruan-peniruan pada model dan life style yang ditawarkan media massa.
3.            Karir di masa depannya (mencakup minat, prestasi dan jalur karir yang   akan dibahas khusus pertemuan mendatang
Orang tua kerapkali kurang menyadari tiga aspek ini menjadi sesuatu yang penting dalam identitas diri dari seorang remaja.
Bagaimana orangtua mendampingi remaja mencapai identitas dirinya?
Dilihat dari kedua dimensi (eksplorasi dan komitmen), kerapkali orang tua terjebak hanya berfokus pada salah satu dimensi saja. Beberapa orang tua berfokus pada komitmen tanpa memberikan kesempatan bagi si remaja untuk mengeksplorasi pilihan-pilihan yang ada. Akibatnya, remaja menjalankan komitmen yang dibuatkan oleh orang lain untuk hidupnya tanpa adanya proses eksplorasi. Akhirnya, remaja dapat saja tidak menjadi dirinya sendiri sesuai dengan keunikkan yang dimilikinya melainkan menjadi diri yang seperti orang lain inginkan.
Di sisi lain, beberapa orang tua berfokus pada proses eksplorasi namun tidak memberikan dorongan untuk remaja mengambil suatu komitmen dalam aspek kehidupannya. Akibatnya, remaja terlalu berlama-lama bahkan terus berkelanjutan dalam proses eksplorasi dan remaja cenderung menunda-nunda untuk mengambil suatu komitmen, serta pada akhirnya ia dapat mengalami krisis identitas ataupun kelabilan/ketidakpastian dalam identitas dirinya.
Oleh karena itu, orang tua sebaiknya seimbang dalam memberikan kesempatan pada remaja untuk mengeksplorasi dan mengambil komitmen.  Berikut beberapa contoh pendampingan bagi remaja:
1. Dimensi Fisik & seksual
Eksplorasi  berikan kebebasan atau mencoba memilih bentuk tubuh ideal seperti tokoh idola, melakukan olah raga, melakukan diet; memulai hubungan dengan lawan jenis
Komitmen  pendampingan atas pemilihan gaya hidup sehat (seimbang olahraga/diet), pendampingan atas pacaran yang sehat dengan segala batasan dan konsekuensinya, pendampingan atas pengetahuan tentang seks (hubungan seksual sebelum pernikahan dan akibatnya) supaya mereka memiliki batas-batas eksplorasi
2. Dimensi Nilai/Budaya

Ekspolorasi  berikan kebebasan ketika mereka secara aktif dan kreatif meniru tokoh idola atau pilihan nilai atau budaya yang ditawarkan media masa (karena biasanya anak takut dianggap kurang pergaulan atau kuper oleh teman-temannya). Dan karena hal inilah tampaknya yang menjadikan pilihan mereka mengidolakan artis atau selebritis adalah pilihan yang rasional untuk tetap dapat menyelaraskan diri dengan lingkungan sosial, diterima teman-teman sebayanya.

Bagaimana Mendampingi Anak Mengenal dan Menerima dirinya?

Acara : Siaran Parenting Radio Satu Nama 855 AM
Waktu: Sabtu, 15 Agutus 2015,  Pkl. 10.00-11.00 WIB
Tema: IDENTITAS DIRI PADA ANAK
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Kuncoro

Siaran parenting pertama di Radio Satu Nama mengangkat tema tentang bagaimana orangtua mendapingi anak mengenal dan menerima identitas dirinya. Proses pencarian Identitas seseorang sebenarnya dimulai sejak bayi hingga lanjut usia. Masa krisis identitas sendiri terjadi pada masa remaja sehingga pendampingan pengenalan identitas pada masa anak menjadi sangat penting untuk dilakukan karena pengenalan identitas di masa ini menjadi dasar dalam tahap perkembangan selanjutnya ketika seseorang mencari jati dirinya. Meskipun pengenalan dan penerimaan identitas diri penting pada masa anak – anak. tidak sedikit orangtua yang menganggap remah hal ini sehingga ketika anak menginjak remaja bahkan dewasa orangtua kesulitan mendampingi anak – anaknya.

Pertanyaan – pertanyaan kecil anak tentang siapa dirinya dan oranglain mestinya tidak diremehkan orantua karena saat anak bertanya sesungguhnya dia sedang membangun konsep dirinya seperti mengapa temanku berkerudung semetara aku tidak? Mengapa dia punya mainan bagus – bagus tapi aku tidak? Mengapa rambutku keriting? Dan pertanyaan lainnya. Proses anak bertanya ini dala tahap perkembangannya di sebut dengan proses Pemahaman Diri.

Lalu Apa yang dimaksud dengan Pemahaman diri? Pemahaman diri adalah Tahap awal/pondasi seseorang dalam upaya menemukan identitas dirinya.
Proses pemahaman diri ini mempunyai manfaat penting bagi perkembangan anak yakni Meningkatkan Percaya diri dan Sarana interksi sosial. Ketika anak mengenal dan menerima dirinya (nama, rambut, penampilan, kepemilikan,dll) maka hal ini akan membantu anak mantap dengan dirinya sehingga memudahkan anak berinteraksi dengan orang lain .
Sementara itu, waktu yang tepat untuk mengenalkan anak tentang dirinya adalah Sejak anak mampu berbicara dimulai dengan ciri fisik.

Cara mendampinginya pun dalpat dengan cara – cara yang mudah seperti berikut ini:
1.    Mengenalkan ciri – ciri fisik dan kegunaannya misalnya dengan cara :
  • Membaca buku bersama tentang TUBUH
  • Menyanyi “Kepala, Punda, Lutut,Kaki / 2 mata saya, hidung saya satu”
  • Mendongeng dengan mengajak anak memegang bagian tubuhnya saat ada bagian tubuh yang diucapkan oleh orangtua.
  • Menggambar / Mewarnai/kolase gambar tubuh

2. Kenalkan anak pada ciiri – ciri yang “berhubungan dengan dirinya”  seperti:
  • Ajar anak menyebutkan namanya,  nama panggilan, nama lengkap
  • Latih anak mengucapkan nama orangtua
  • Membuat Peta Rumah untuk mengenalkan alamat rumah
  • Membuat Pohon Keluarga untuk mengenal silsilah keluarga
  • Membuat project video tentang kekhasan daerah, aktivitas yang disukai, pengalaman – pengalaman menarik
3. Kenalkan anak pada profesi orangtua dan nilai mulia dari profesi itu sehingga menimbulkan kebanggaan pada anak.
4.   Memberi “label” positif yang sesuai dengan kemampuan anak
  • Panggil anak sesuai nama
5.  Beri pujian segera untuk hal yang mampu dikerjakan anak (Segera krn agar anak masih mengingat apa yg dilakukannya)
6.  Bantu anak menguasai suatu keahlian sesuai tahap perkembangannya (bisa juga menemukan bakat anak)
  • Usia Balita = berjalan, bicara, berlari, memanjat, menyanyi,
  • Usia Sekolah = menulis, membaca, menari,
7.   Ingatkan anak pada kesuksesanya dan bukan kesalahan yg pernah dibuat
8.Bantu Anak mengembangkan kesadaran hak akan tubuhnya sendiri \contoh: saat menolak dicium
 9.      Ajak anak berinteraksi dengan orang lain misalnya dengan:
·      Bermain bersama anak – anak sekitar rumah (dpt juga mengundang mereka)
·       Ajak arisan , tempat ibadah, belanja (trutama pasar tradisional),
10.          Habiskan waktu bersama anak agar anak merasa dicintai dan berharga misalnya dengan:

  • Bermain/nonton/memasak/membaca  bersama dengan anak
  • Pajang hasil kreasi anak
  • Saat makan / setelahnya jadikan sebagai waktu untuk anak – anak becerita pengalamannya, dengarkan dan tanggapi dengan serius.                

Friday, August 21, 2015

Bagaimana Mendampingi Belajar Anak Auditori?

Acara : Siaran Pojok Parenting Radio PETRA 105,7 FM
Waktu: Jumat, 21 Agutus 2015,  Pkl. 09.00-10.00 WIB
Tema: Gaya Belajar Auditori
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Disa Teresia

Anak – anak dengan gaya belajar Auditori memiliki sensitifitas pada pendengarannya. Segala hal yang didengarkan akan mudah di ingat dan dipahami sehingga mereka seperti memiliki alat perekam yang tajam. Jadi gaya belajar auditori sendiri adalah cara paling mudah menerima dan mengingat informasi dengan mendengarkan.
Adapun  ciri-ciri anak dengan gaya belajar auditori adalah sebagai berikut:
1.       Berbicara dg diri sendiri saat bekerja atau melakukan sesuatu
2.       Mudah terganggu oleh keributan
3.       Membaca sambil mengguman/melafalkan
4.       Suka membaca dg keras & belajar dg mendengarkan
5.       Kesulitan dlm menuliskan ide, namum cakap dlm bercerita
6.       Berbicara dlm irama yang terpola
7.       Suka berdiskusi & menjelaskan secara panjang lebar
8.       Punya masalah dg pekerjaan yang melibatkan visualisasi
9.       Biasanya seorang pembicara yang fasih
10.   Lebih mudah mengingat sesuatu dg mendengar dari pada melihat/mengamati sesuatu

Untuk memaksimalkan gaya belajar auditori, ayah – bunda dapat mendampingi mereka belajar dengan cara beriku:
  1. Minta anak Membaca dengan suara lantang dan dramatis, berbisik, atau dengan perubahan aksen/ logat.
  2. Ajak anak Mendeskripsikan/ menceritakan ulang hal yang sudah dibaca atau dilihat
  3. Bantu anak Membuat rekaman lalu mendengarkannya.
  4. Melagukan informasi yang ingin diingat, bisa dalam bentuk puisi
  5. Buatlah sesi tanya jawab atau diskusi  dalam  belajar
  6. Buatlah kelompok belajar (oleh guru/ortu)
  7. Sediakan tempat yang tenang untuk belajar
  8. Nasehati dengan diskusi misal buatlah kesepakatan bersama dan ingatkan jika anak melanggar
Pertanyaan dari bu Tutik, anak saya saat belajar sambil mendengarkan musik dan sering bolak balik mengambil minum, kira – kira anak saya memiliki gaya belajar apa?  Narasumber menjelaskan bahwa sebenarnya Ciri anak bu Tuti belum lengkap untuk kami memastikan dia masuk gaya belajar yang mana namun jika dilihat dari aktifitasnya bolak balik mengambil minum saat belajar bisa jadi dia termasuk anak kinestetik karena tidak tahan duduk lama.


Friday, August 14, 2015

Mendampingi Belajar dengan Cara yang Tepat

Acara : Siaran Pojok Parenting Radio PETRA 105,7 FM
Waktu: Jumat, 14 Agutus 2015,  Pkl. 09.00-10.00 WIB
Tema: Gaya Belajar Visual
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Disa Teresia

Siaran kali ini dimulai dengan test sederhana untuk menentukan jenis gaya belajar apa yang Sahabat (pendengar) PETRA FM miliki. Test ini dimaksudkan agar ketika pendengar mengenal gaya belajar dirinya atau buah hati mereka maka saat pembahasan macam – macam gaya belajar  pendengar dapat lebih mengenal dirinya dan buah hati.
Setelah selesai test, ada salah satu pendengar menanyakan bahwa dia memiliki skor yang sama antara Visual dan Kinestetik. Lalu gaya belajar mana yang sebenarnya saya miliki? Esthi memberi penjelasan bahwa memang ada seseorang yang memiliki gaya belajar kombinasi seperti  visual – kinestetik, Visual – Audio, Audio – Kinestetik. Kedua pintu itu menjadi cara yang mudah saat seseorang menerima dan mengingat informasi. Tyas menambah penjelasan bahwa seseorang Visual bisa jadi karna memang yang dibiasakan demikian sehingga gaya belajar lain yang menjadi caranya tertutup karena kurang bahkan tidak difasilitasi. Lalu bagaimana dengan anak – anak yang memang secara tahap perkembangan harus bergerak ,bagaimana kita tahu itu memang gaya belajarnya? Anak – anak sendiri memiliki gaya belajar yang bertahap. Anak – anak usia balita biasanya gaya belajar yang berkembang adalah gaya belajar kinestetik sehingga aktifitas di TK banyak bermain&bergerak, sementara usia kelas 1 SD – 3 SD kemampuan visual yang berkembang sehingga pada masa ini paling cocok untuk anak – anak belajar membaca dan menulis.
Adapun ciri – ciri anak visual adalah sebagai berikut:
  1. rapi & teratur
  2. bicara & membaca dg cepat
  3. perencana & pengatur jangka panjang yg baik
  4. teliti thd detail
  5. mementingkan penampilan
  6. mengingat apa yang dilihat & dg asosiasi visual
  7. tidak mudah terganggu oleh keributan
  8. senang mencorat-coret bahkan saat berbicara di telepon atau rapat
  9. butuh pandangan & tujuan menyeluruh serta waspada sblm memutuskan sesuatu
  10. kurang dapat mengingat dengan baik instruksi verbal, kecuali ditulis
  11. lebih suka membaca dari pada dibacakan
Lalu bagaimana cara mendampingi anak dengan gaya belajar visual agar optimal dalam belajar?

  1. Memakai Peta Konsep atau Peta Pembelajaran (mind mapping). Hal ini membantu memahami ide-ide pokok.
  2. Ajak anak untuk membayangkan atau membuat bayangan imajinasi setelah membaca, mengamati, atau mendengar informasi.
  3. Membuat gambar (grafik atau diagram) dari informasi yang diterima.
  4. Ajak anak menandai catatan penting dengan menggarisbawahi atau memberi warna tertentu
  5. Buatlah Instruksi,Kesepakatan atau nasihat dalam bentuk Tulisan, gambar atau video
  6. Sediakan ruang yang rapi dan teratur

Friday, August 7, 2015

Pojok Parenting

Acara : Siaran Pojok Parenting Radio PETRA 105,7 FM
Waktu: Jumat 7 Agutus 2015  jam 09.00-10.00 WIB
Tema: Gaya Belajar Anak
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Disa Teresia

Hasil Konsultasi modalitas belajar yang pernah Sanggar Cantrik adakan membuktikan bahwa setiap anak memiliki cara belajarnya masing – masing. Meskipun demikian, orangtua masih sering memaksakan cara belajar yang dianggap ‘wajar’ seperti duduk diam di ruang tertutup tanpa suara. Akibatnya anak menjadi kurang memahami pelajaran, ini berakibat pada semakin banyak les yang harus anak ikuti karena orangtua menganggap anaknya memiliki daya paham yang rendah.  Contoh nyata yang pernah dialami oleh narasumber Esthi dalam proses bimbingan belajar seorang anak yakni ketika dia menyampaikan kepada orangtua bahwa jika anak tersebut belajar dengan main basket tidak perlu dimarahi karena memang cara belajar anak demikian. Pernyataan tersebut awalnya dianggap hanya gurauan sehingga ibunya tidak percaya.
Gaya belajar sebenarnya sangat berpengaruh terhadap prestasi anak. Namun karena kurang terfasilitasi, anak – anak menjadi tidak berprestasi setelah besar padahal waktu kecil mereka sangat cerdas.
Lalu, apa yang dimaksud dengan gaya belajar itu sendiri? Gaya belajar adalah cara belajar yang paling disukai, mudah dimengerti oleh seseorang dalam menerima, memahami dan mengingat informasi.
Adapun manfaat gaya belajar adalah sebaga berikut:
  1. Mengetahui cara yang efektif untuk belajar
  2. Membantu diri kita dalam mempelajari informasi dengan lebih mudah dan cepat.
  3. Menjadi sarana kita dalam mengenali gaya belajar sehingga membantu proses interaksi/komunikasi
  4. Menolong mengatasi masalah seperti melissa dan michael, untuk belajar dan berhasil, yaitu cara agar mereka dapat mengembangkan dan memperbesar kekuatan2 mereka dan  mengimbangi kekuatan2 mereka.
  5. Konsentrasi lebih baik, memaksimalkan waktu belajar di rumah atau di sekolah, pelajar yang aktif dan mandiri, menguasai pelajaran lebih banyak, mendapat nilai yang lebih tinggi
  6. Sebagaian guru mungkin pernah mengikuti lokakarya/pelatihan ttg cara mengajar. Namun seringkali ketika kembali ke kelas, guru mengajar seperti biasa dilakukan, karena konsentrasi pada isi bahan pelajaran dan tugas yg harus diselesaikan. Walaupun guru akan angat tertolong ketika dapat menemukan strategi mengajar yang memenuhi kebutuhan murid, informasi ttg cara belajarini paling baik dimanfaatkan oleh orang tua dan murid2 sendiri. Orang tua adalah guru yang pertama. Hal tsb dapat membuat mereka dapat mengembangkan strategi belajar yang cocokdengan kekuatan mereka, dan memampukan mereka untuk elajar bagaimana harus mempelajari setiap mata pelajaran, dan dengan demikian mjd murid yg aktif dan termotivasi.
  7. Murid akan mencapai prestasi terbesar ketika mereka belajar di lingkungan yang cocok dengan cara belajar pribadi mereka.
  8. Menemukan cara belajar merupaka salah satu kunci keberhasilan dan prestasi di sekolah.

Bagaimana mengetahui gaya belajar anak? caranya dengan mengetahui modalitas belajar. Modalitas belajar adalah pintu masuknya informasi melalui indera.
Yang dimaksud adalah cara yang bagus untuk menunjukkan indera mana yang melaluinya anak2 menerima informasi:
Ø  Apakah mereka belajar paling baik dengan melihat (membaca, mengamati, melihat gambar/diagram)  yaitu cara belajar secara VISUAL/melalui penglihatan
Ø  Apakah mereka belajar paling baik dengan mendengar penjelasan dan melafalkan informasi, yaitu dengan belajar secara AUDIO/melalui pendengaran
Ø  Apakah mereka perlu menggunakan otot-otot mereka, gerakan, dan/atau sentuhan untuk belajar (dengan melakukan percobaan, latihan, pendekatan aktif), yaitu dengan pola belajar KINESTETIK.
Ø  Apakah mereka perlu menggabungkan metode-metode  itu untuk memahami dan belajar dengan baik.

Host Petra Dissa Teresia menanyakan apakah jika anak belajar lebih suka diawasi? Setiap anak itu unik, demikian dengan cara belajarnya. Peran orangtua disini bukan sebagai pengawas melainkan pendamping yang melengkapi proses belajar anak di sekolah. hal ini dikarenakan kita tidak bisa mengatur guru untuk terus mengikuti cara belajar anak kita sehinga disinilah peran orangtua untuk melengkapi anak belajar di rumah dengan gaya belajarnya.