Friday, September 11, 2015

Mendampingi Anak sesuai Keunikannya

Acara : Siaran Pojok Parenting Radio PETRA 105,7 FM
Waktu: Jumat, 11 September 2015,  Pkl. 09.00-10.00 WIB
Tema: Minat & Bakat Anak
Narasumber: Esthi, Tyas
Host: Disa Teresia


Setiap anak diyakini memiliki kecerdasan khusus di dalam dirinya. Salah satu tantangan kita sebagai orangtua adalah mengembangkan kecerdasan yang dimilki anak. Kecerdasan tersebut adalah karunia Tuhan pada setiap individu untuk menjalani peran uniknya di dunia ini. Kecerdasan ini tidak melulu berkaitan dengan kemampuan akademis, karenanya menilai kecerdasan anak berdasar pada kemampuan akademik saja akan terlalu menyempitkan makna kecerdasan dan potensi anak. Teori Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligences) dari Gardner menyebutkan ada 8 jenis kecerdasan anak, yaitu: kecerdasan logika/matematika, kecerdasan verbal/bahasa, kecerdasan interpersonal, kecerdasan fisik/kinestetik, kecerdasan musikal, kecerdasan visual/spasial, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan alam. Ketika kecerdasan tersebut bertemu dengan objek atau aktivitas tertentu dan memunculkan ketertarikan pada anak, itulah yang dinamakan minat. Dengan minat, anak-anak akan bisa mengasah kecerdasannya pada area tersebut. Pertemuan antara kecerdasan majemuk dan minat ini akan memunculkan perilaku, dan ketika perilaku ini menghasilkan sesuatu yang produktif atau karya yang diapresiasi oleh masyarakat, disinilah berarti bakat seorang anak mulai muncul. Apa manfaatnya ketika anak dapat menemukan minat dan bakatnya? Ketika misteri minat dan bakat anak ini terkuak sejak dini, maka kelak anak tidak akan mengalami kebingungan dalam menentukan hal yang ingin dicapainya. Kasus-kasus seperti salah pilih jurusan saat SMA atau di bangku kuliah akan terminimalisasi. Tentu saja ini akan menghemat energi, waktu, dan biaya. Dengan pengarahan yang tepat maka anak dapat berkarir sesuai dengan minat dan bakatnya. Orang-orang yang berkarir sesuai dengan minat dan bakatnya dapat menghasilkan karya-karya yang lebih maksimal, mereka menikmati karirnya. Peran orang tua Kecerdasan adalah titipan yang diberikan Tuhan kepada anak. Titipan itu melekat pada anak dan menjadi milik anak, bukan milik orangtua. Seringkali orangtua merasa bahwa anak adalah miliknya sehingga lupa bahwa anak adalah individu utuh yang juga memiliki rasa, karsa, dan karya sendiri. Meski anak adalah keturunannya, namun orangtua bukanlah penentu masa depan anak. Orangtua juga perlu memahami bahwa kecerdasan unik milik orangtua tidak serta merta diwariskan ke anak. Penjara yang sesungguhnya adalah ambisi orangtua yang memaksakan kehendak atau cita-cita yang belum tercapai kepada anak. Ketika orangtua memaksakan anak menjadi seperti yang dia inginkan, sesungguhnya disitulah penjara mulai dibangun. Orangtua harus menyadari bahwa sejak lahir anak sudah dibekali kecerdasan oleh Tuhan, tugas orangtua adalah memberikan stimulus-stimulus untuk memunculkan kecerdasan yang paling kuat. Sistem pendidikan kita kurang menggali delapan area kecerdasan majemuk anak-anak kita, maka tugas kita sebagai orangtua adalah menjadi pendamping utama bagi anak-anak kita mengeksplor area-area kecerdasannya. Pertemukan setiap area-area kecerdasan tersebut dengan objek dan aktivitas yang beragam untuk menemukan minat khusus anak-anak kita. Ketika anak tidak menunjukkan minat pada objek atau aktivitas tertentu, bukan serta merta dia tidak memiliki kekuatan pada area kecerdasan tersebut. Perlu ekslporasi lebih banyak lagi dan mencoba mempertemukan mereka dengan objek atau aktivitas lain pada area kecerdasan yang sama. Ketika sudah ditemukan kecerdasan dan minat yang menonjol pada diri anak, orangtua mendorong anak untuk memfokuskan pada apa yang menjadi kekuatannya supaya nantinya bisa memunculkan bakat yang menghasilkan karya produktif. Namun bukan berarti orangtua menghentikan eksplorasi pada area-area kecerdasan anak lainnya, karena pada dasarnya eksplorasi bisa terjadi sepanjang hayat. “Sesungguhnya tidak butuh orangtua yang sempurna untuk melakukan pengembangan bakat anak. hanya butuh kepedulian orangtua yang lahir dari cinta kasihnya kepada anak – cinta yang berjuang demi kebaikan anak” (Setiawan, 2014).

No comments:

Post a Comment